kisah ini paling aku suka untuk membacanya dan selalu aku ulang-ulang. semoga berguna
Suatu hari, teman Dzun Nun mencari dan mendapatinya sedang bercengkrama dengan hatinya. Dia berkata, “Ah dimanakah hatiku? Siapa yang mendapatkan hatiku?”
Suatu hari, Dzun Nun masuk ke sebuah perkampungan dan mendapati seorang anak kecil yang sedang menangi. Ibunya memukulnya dan mengusirnya dari rumah lalu mengunci pintu. Sang anak menoleh ke kanan dan ke kiri, bingung hendak ke mana. Dia tak tahu tujuan. Anak kecil itupun kembali ke rumah, mengetuk pintu sembari menangis, “wahai ibu ku siapa yang akan membukakan pintu untukku jika engkau tutup? Siapa yang bersedia mendekati jika engkau mengusirku? Siapa yang sudi iba kepadaku jika engkau marah kepadaku?”
Sang ibu merasa kasihan kepadanya. Dia mengintip anaknya dari celah-celah pintu, didapatinya sang anak menangis bercucuran air mata di pipi dengan wajah yang lesuh. Akhirnya, sang ibu membukakan pintu kemudian menggendong anaknya, mendekapnya, dan menciuminya seraya berkata. “Wahai permata hatiku, belahan jiwaku. Engkau sendiri yang memaksa ibu berbuat demikian.
Engkau sendiri yang membuat dirimu menjadi seperti sekarang ini. Sekiranya engkau mentaati perintah ibu tentu engkau tidak akan mendapat perlakuan seperti ini dari ibu.”
Dzun Nun tertegun dan berkata , “Sudah kutemukan hatiku….Ah….sudah kutemukan hatiku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar